Olahraga ringan adalah salah satu cara yang sudah terbukti manjur untuk menghilangkan stres, gelisah dan depresi adalah.
Olahraga ringan seperti jalan cepat atau jogging dapat dilakukan oleh semua kalangan usia. Tapi sejauh ini belum pernah terungkap bagaimana mekanisme otak di balik fenomena yang terjadi ini.
Akhirnya para peneliti melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap sejumlah tikus, terungkap bagaimana jogging dapat meredakan stres yang dirasakan seseorang. ketika tikus-tikus ini aktif bergerak, sel-sel saraf dalam otak yang berfungsi merilekskan tubuh ikut terpicu menjadi aktif, sehingga ketika mereka terpapar oleh stres, sel-sel saraf inilah yang menenangkan mereka.
Awalnya peneliti membagi tikus-tikus dalam dua kelompok, yang satu suka berlarian kesana-kemari dan yang lainnya sedenter atau tak banyak bergerak.
Peneliti Kemudian peneliti menghitung jumlah sel saraf otak masing-masing tikus setelah mereka didorong untuk berolahraga. Pada otak tikus yang suka berlari terlihat adanya penambahan sel-sel saraf baru yang didesain secara spesifik untuk menghalangi aktivitas otak dan menenangkan sel-sel saraf yang pecicilan.
Peneliti Kemudian meletakkan tikus-tikus itu ke dalam kolam berisi es sebagai representasi lingkungan yang membuat tikus menjadi stress.
Peneliti menemukan pada otak seluruh tikus terlihat bahwa sebagian besar sel saraf 'ditembakkan' ke dalam hippocampus. Seperti di ketahui bahwa hippocampus adalah bagian otak yang berperan penting dalam memberikan respons emosional terhadap rangsangan tertentu. Tapi pada otak tikus pelari, sel-sel saraf yang menenangkan tersebut dilepaskan lebih cepat, untuk menanggulangi kegelisahan yang dirasa otak tidak perlu dirasakan si tikus.
riset yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience ini menunjukkan bahwa tikus yang melakukan aktivitas fisik lebih baik dalam mengatasi stres, dan efek yang sama juga dipercaya terlihat pada manusia.
Aktivitas fisik terbukti dapat mereorganisasi otak sehingga kegelisahan tidaklah cenderung mengganggu fungsi normal otak.
Peneliti berpendapat memahami bagaimana otak menanggulangi perilaku kecemasan semacam ini dapat memberi kita petunjuk potensial tentang bagaimana caranya membantu orang-orang yang menderita gangguan kecemasan.
Temuan ini juga memberi kita gambaran bagaimana otak memodifikasi diri mereka sendiri untuk beradaptasi dan merespons lingkungan di sekitar mereka secara optimal.
Olahraga ringan seperti jalan cepat atau jogging dapat dilakukan oleh semua kalangan usia. Tapi sejauh ini belum pernah terungkap bagaimana mekanisme otak di balik fenomena yang terjadi ini.
Akhirnya para peneliti melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap sejumlah tikus, terungkap bagaimana jogging dapat meredakan stres yang dirasakan seseorang. ketika tikus-tikus ini aktif bergerak, sel-sel saraf dalam otak yang berfungsi merilekskan tubuh ikut terpicu menjadi aktif, sehingga ketika mereka terpapar oleh stres, sel-sel saraf inilah yang menenangkan mereka.
Awalnya peneliti membagi tikus-tikus dalam dua kelompok, yang satu suka berlarian kesana-kemari dan yang lainnya sedenter atau tak banyak bergerak.
Peneliti Kemudian peneliti menghitung jumlah sel saraf otak masing-masing tikus setelah mereka didorong untuk berolahraga. Pada otak tikus yang suka berlari terlihat adanya penambahan sel-sel saraf baru yang didesain secara spesifik untuk menghalangi aktivitas otak dan menenangkan sel-sel saraf yang pecicilan.
Peneliti Kemudian meletakkan tikus-tikus itu ke dalam kolam berisi es sebagai representasi lingkungan yang membuat tikus menjadi stress.
Peneliti menemukan pada otak seluruh tikus terlihat bahwa sebagian besar sel saraf 'ditembakkan' ke dalam hippocampus. Seperti di ketahui bahwa hippocampus adalah bagian otak yang berperan penting dalam memberikan respons emosional terhadap rangsangan tertentu. Tapi pada otak tikus pelari, sel-sel saraf yang menenangkan tersebut dilepaskan lebih cepat, untuk menanggulangi kegelisahan yang dirasa otak tidak perlu dirasakan si tikus.
riset yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience ini menunjukkan bahwa tikus yang melakukan aktivitas fisik lebih baik dalam mengatasi stres, dan efek yang sama juga dipercaya terlihat pada manusia.
Aktivitas fisik terbukti dapat mereorganisasi otak sehingga kegelisahan tidaklah cenderung mengganggu fungsi normal otak.
Peneliti berpendapat memahami bagaimana otak menanggulangi perilaku kecemasan semacam ini dapat memberi kita petunjuk potensial tentang bagaimana caranya membantu orang-orang yang menderita gangguan kecemasan.
Temuan ini juga memberi kita gambaran bagaimana otak memodifikasi diri mereka sendiri untuk beradaptasi dan merespons lingkungan di sekitar mereka secara optimal.
Published with Blogger-droid v1.6.5
0 komentar :
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik...
Mohon hindari spam, sara, pornografi, dan jangan meningalkan link hidup di komentar.
Kritik dan saran anda selalu kami tunggu.